Tim identifikasi korban bencana yang dikenal dengan nama Disaster Victim Identification (DVI) dari Polda Jatim berhasil mengidentifikasi jenazah terbaru dari tragedi yang mengakibatkan ambruknya Gedung Pondok Pesantren Al Khoziny. Hingga saat ini, total jenazah yang telah teridentifikasi mencapai 51 orang, menambah daftar panjang kesedihan akibat musibah tersebut.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jatim, Kombes M. Khusnan, mengungkapkan bahwa identifikasi terakhir ini dilakukan pada hari ke-13 setelah tragedi. Proses identifikasi jenazah yang didapatkan sangat kompleks dan membutuhkan ketrampilan serta keahlian yang mumpuni dari tim medis yang terlibat.
“Kami telah berhasil mengidentifikasi satu jenazah dari kantong yang diterima, dan hasilnya sangat akurat,” ungkap Khusnan. Proses identifikasi melibatkan metode DNA serta pemeriksaan medis lainnya yang bertujuan untuk memastikan identitas korban.
Pentingnya Proses Identifikasi untuk Keluarga Korban
Proses identifikasi tidak hanya penting untuk akurasi data korban bencana, tetapi juga memberikan kepastian kepada keluarga yang menunggu kabar tentang orang-orang terkasih mereka. Khusnan menyatakan bahwa identifikasi ini dilakukan untuk memberi kejelasan bagi keluarga yang mengalami kehilangan.
Setelah proses identifikasi selesai, jenazah yang diidentifikasi akan segera diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan secara layak. Hal ini diharapkan dapat memberikan ketenangan dan rasa lega bagi para keluarga yang sebelumnya masih dalam rasa penasaran.
Pada hari ke-13 tragedi, jenazah yang berhasil diidentifikasi adalah Muhammad Ridwan Sahari, seorang remaja berusia 14 tahun. Dia berasal dari Bendul Merisi, Wonocolo, Kota Surabaya. Proses pencarian dan identifikasi dapat memakan waktu, namun penting bagi semua pihak untuk mendapatkan hasil ini.
Tantangan dalam Proses Identifikasi Korban Tragedi
Identifikasi jenazah dalam situasi bencana seperti ini sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan. Tim DVI harus memeriksa kondisi jenazah dan mencari informasi yang tepat untuk melengkapinya. Dalam situasi sulit ini, sering kali kondisi jenazah tidak memungkinkan untuk diidentifikasi dengan mudah.
Selain itu, keterbatasan informasi yang tersedia juga bisa menjadi penghambat. Beberapa keluarga mungkin tidak memiliki dokumen resmi yang terkait dengan identitas anggota keluarga mereka. Namun, dengan teknologi modern, proses ini menjadi sedikit lebih mudah.
Penggunaan teknologi DNA sebagai alat bantu dalam identifikasi semakin umum diterapkan, mengingat tingkat akurasinya yang tinggi. Hal ini membantu memberikan kepastian identitas bagi banyak korban yang sebelumnya sulit diidentifikasi hanya berdasarkan ciri fisik.
Statistik Korban Terkait Tragedi Ambruknya Gedung
Sampai saat ini, total korban yang berhasil diidentifikasi mencapai 51 orang dengan jumlah kantong jenazah yang diterima tim DVI sebanyak 67 kantong. Ini menunjukkan bahwa masih ada sejumlah korban yang belum teridentifikasi dan diharapkan proses ini bisa segera diselesaikan.
Dari jumlah yang telah diidentifikasi, banyak di antara mereka adalah remaja pria berusia belasan tahun yang bersekolah di pondok pesantren tersebut. Tragedi ini menyisakan duka mendalam bagi komunitas, terutama bagi keluarga dari para korban.
Data korban pun terus diperbarui seiring dengan proses identifikasi yang berlangsung. Tim gabungan terdiri dari berbagai pihak, termasuk tim medis dan relawan, bekerja keras untuk menyelesaikan tugas berat ini dalam waktu secepat mungkin.
