Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) di Sumatra Utara telah mencatat sejumlah angka mengkhawatirkan terkait bencana alam yang baru-baru ini melanda wilayah tersebut. Hingga saat ini, sebanyak 704 orang mengalami luka-luka, sementara 91 orang masih dinyatakan hilang akibat dampak bencana yang terjadi, sebagaimana dilaporkan pada 12 Desember 2025.
Kepala Bidang Penanganan Darurat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Sri Wahyuni Pancasilawati, menyebutkan bahwa data yang diterima merupakan pembaruan yang sangat penting untuk mengetahui skala dampak bencana. Pembaruan ini penting mengingat informasi yang terus berkembang setiap saat.
“Data merupakan update tanggal 12 Desember 2025 pukul 17.00 WIB,” ujar Sri. Kejadian bencana ini tentunya meningkatkan kekhawatiran di antara masyarakat setempat yang sangat bergantung pada keselamatan dan kesehatan warga.
Rincian Korban dan Distribusi Kerugian dari Bencana
Ratusan korban luka dan sejumlah warga yang hilang berasal dari beberapa kabupaten di Sumut, menunjukkan dampak bencana yang kompleks dan luas. Lima kabupaten telah teridentifikasi sebagai lokasi terdampak dengan jumlah korban yang sangat signifikan.
Sebagai contoh, di Kabupaten Tapanuli Utara tercatat tiga orang luka, sedangkan Kabupaten Tapanuli Tengah mengalami angka yang jauh lebih tinggi dengan 561 orang. Di Kabupaten Tapanuli Selatan, sebanyak 69 orang luka-luka terdata, dan Kota Sibolga mencatat 61 orang yang mengalami hal serupa.
Lebih lanjut, data menunjukkan bahwa sebanyak 10 orang mengalami luka-luka di Kabupaten Humbang Hasundutan. Disisi lain, hilangnya warga juga menjadi perhatian, dengan pusat data mencatat sejumlah orang hilang di masing-masing kabupaten yang berbeda.
Upaya Penanganan Bencana yang Dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Penanganan situasi bencana terus dilakukan secara intensif oleh berbagai pihak terkait di wilayah yang terdampak. Masyarakat dan pemerintah setempat bahu membahu dalam melakukan tindakan penyelamatan guna meredakan dampak dari bencana tersebut.
Koordinasi antara BPBD dan instansi terkait lainnya sangat krusial dalam hal ini. Informasi terbaru selalu disampaikan untuk memastikan bahwa semua pihak terlibat dan mendapatkan akses terhadap bantuan yang diperlukan.
“Untuk perkembangan atas bencana itu akan terus diinformasikan termasuk data-datanya,” jelas Sri, menekankan pentingnya transparansi dalam penanganan krisis yang berlangsung.
Banjir dan Longsor: Penyebab Utama dan Lingkungan yang Terdampak
Sejumlah bencana alam yang melanda daerah Sumatra Utara, seperti banjir dan longsor, diakibatkan oleh berbagai faktor lingkungan. Cuaca ekstrem dan curah hujan yang berlebihan menjadi penyebab utama, yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan mengancam keselamatan warga.
Di antara 19 kabupaten/kota yang terpengaruh, beberapa daerah yang paling parah terkena dampak seperti Kota Medan, Kota Tebingtinggi, dan Kabupaten Tapanuli. Semua daerah ini menjadi fokus utama dalam penanganan bencana saat ini.
Selain itu, kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir dan longsor tidak hanya menyebabkan hilangnya nyawa, tetapi juga merusak tempat tinggal dan sumber kehidupan masyarakat, yang terus berjuang untuk mendapatkan kembali kestabilan setelah peristiwa bencana yang memilukan ini.
