Ketika Patrick Kluivert diumumkan sebagai pelatih Timnas Indonesia di awal tahun 2025, harapan besar menggantung di pundaknya. Menggantikan Shin Tae Yong yang dipecat, Kluivert diharapkan mampu membawa Indonesia menuju kesuksesan di Piala Dunia 2026. Namun, perjalanan singkatnya dipenuhi dengan liku-liku yang tak terduga.
Kluivert, yang dikenal sebagai mantan penyerang handal Belanda, memulai debutnya dengan cukup mengecewakan, terpaksa menghadapi kekalahan besar 1-5 dari Australia dalam pertandingan pertamanya. Kekecewaan ini tak hanya membuat fans gelisah, tetapi juga menempatkan para pengamat olahraga dalam posisi meragukan kemampuannya.
Setelah kekalahan pahit di laga pembuka tersebut, Timnas Indonesia memperbaiki performanya. Dua kemenangan berturut-turut berhasil diraih dengan skor identik 1-0 atas China dan Bahrain, yang memberikan sedikit angin segar di tengah ketidakpastian yang melanda.
Perjalanan Awal yang Berliku dan Penuh Harapan
Meski awalannya tidak ideal, dua kemenangan di dua laga selanjutnya memberikan secercah harapan baru bagi tim. Kemenangan-kemenangan ini membawa Indonesia melaju ke fase keempat kualifikasi Piala Dunia 2026, meski perjalanan masih panjang dan banyak rintangan yang menghadang.
Namun, tantangan nyata mulai muncul saat Timnas harus menghadapi laga penutup fase ketiga kualifikasi. Sayangnya, Indonesia harus menelan pil pahit dengan kekalahan telak 0-6, yang menjadi terpuruknya mental tim menjelang fase kritis. Kekalahan ini menjadi tanda tanya besar tentang strategi yang diterapkan oleh Kluivert.
Menjelang fase keempat, tim menjalani beberapa laga uji coba, di mana mereka berhasil meraih kemenangan 6-0 melawan Taiwan dan bermain imbang 0-0 dengan Lebanon. Meski hasil positif ini memberikan ilusi bahwa tim sudah kembali ke jalur yang benar, kenyataannya berbalik saat pertandingan kualifikasi sesungguhnya dimulai.
Kekalahan Beruntun dan Akhir yang Tak Terduga
Dalam fase keempat, Timnas Indonesia harus menghadapi dua kekuatan besar, yaitu Arab Saudi dan Irak. Sayangnya, hasil yang didapat jauh dari harapan; Indonesia kalah 2-3 dari Arab Saudi dan 0-1 dari Irak. Pertandingan-pertandingan ini mencerminkan kelemahan taktik yang membuat fans semakin frustrasi.
Dalam total delapan pertandingan yang dijalani Kluivert, Indonesia hanya meraih tiga kemenangan, satu hasil imbang, dan enam kekalahan. Persentase kemenangan yang hanya 37,5 persen ini jelas menunjukkan performa yang tidak memadai dan menjadi sorotan di berbagai kalangan.
Kegagalan tim untuk lolos ke Piala Dunia 2026 tidak hanya memukul semangat para pemain, tetapi juga mengarah pada keputusan sulit PSSI untuk memecat Kluivert dari jabatannya. Pada Kamis, 16 Oktober, PSSI resmi mengakhiri kerja sama dengan Kluivert, menjadikan momen tersebut sebagai langkah penting dalam pencarian pelatih baru yang bisa memberikan harapan baru bagi tim.
Refleksi Performa dan Masa Depan Timnas Indonesia
Kegagalan Kluivert membawa Indonesia ke Piala Dunia bukan hanya sebuah akhir, tetapi juga sebuah pelajaran berharga. Dengan pengalaman dan prestasinya yang minim di level klub, keputusan untuk menunjuk mantan bintang Eropa ini mendapatkan banyak kritik.
Namun, perjalanan Kluivert juga menjadi cerminan fakta bahwa kepelatihan adalah sebuah seni yang tidak hanya bergantung pada nama besar. Keselarasan antara strategi, pemilihan pemain, dan adaptasi dengan karakteristik tim menjadi kunci important dalam sepak bola modern.
Dengan berakhirnya era Kluivert, kini Timnas Indonesia harus menatap masa depan dengan optimisme baru. PSSI berkomitmen untuk menemukan pelatih yang tidak hanya memiliki rekam jejak yang baik, tetapi juga mampu memahami kekuatan dan kelemahan tim untuk meraih prestasi di tingkat internasional.
