Hujan lebat yang mengguyur Kota Semarang sejak Rabu (22/10) telah menyebabkan dampak besar bagi masyarakat. Ribuan rumah terendam banjir, banyak jalan utama lumpuh, dan aktivitas sehari-hari warga terganggu secara signifikan.
Menurut catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, sekitar 38.180 jiwa terdampak oleh bencana ini. Dari jumlah tersebut, 4.265 jiwa berasal dari Kecamatan Genuk, sementara 33.915 jiwa lainnya berada di Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan.
Genangan air terjadi di beberapa lokasi, termasuk Bangetayu Kulon dan Banjardowo, dengan tinggi genangan mencapai 20 hingga 60 sentimeter. Di Jalan Nasional Kaligawe, level air bahkan mencapai setengah meter, mengakibatkan arus lalu lintas terhambat dan menimbulkan kemacetan yang signifikan.
Dampak Banjir Terhadap Infrastruktur dan Masyarakat
Banjir yang terjadi mengakibatkan banyak titik genangan air tidak dapat diatasi dengan cepat. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengungkapkan bahwa masalah utama berasal dari sistem drainase yang tidak mampu menampung debit air yang tinggi, ditambah luapan dari Sungai Tenggang.
Di antara dampak yang paling mencolok adalah air yang merendam area depan RSI Sultan Agung hingga setinggi 80 sentimeter. Situasi ini memaksa pihak rumah sakit untuk mengevakuasi sejumlah pasien demi keselamatan mereka.
Walaupun kondisi air cukup mengkhawatirkan, hingga Jumat (24/10) sore belum ada laporan mengenai pengungsian dari warga setempat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih bertahan, meskipun banyak yang terancam oleh air yang terus meningkat.
Upaya Penanganan Banjir oleh Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah, melalui BPBD Kota Semarang, berupaya mengatasi masalah ini dengan melakukan penyedotan air di berbagai lokasi. Di Rumah Pompa Tenggang, dua dari enam unit pompa masih beroperasi, sementara yang lainnya sedang dalam proses perbaikan sistem.
Bantuan juga terus berdatangan, dengan pompa tambahan yang dikirim oleh BPBD Jawa Tengah dan Pusat Sumber Daya Air. Semua upaya tersebut dilakukan demi mengurangi dampak banjir yang semakin meluas.
BMKG Ahmad Yani Semarang memperkirakan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi akan terus berlanjut hingga awal November. Fenomena cuaca ini dipengaruhi oleh Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby ekuatorial.
Ekstensi Masalah Banjir ke Wilayah Lain di Sekitar Semarang
Banjir telah meluas dan juga mengganggu Kabupaten Grobogan, yang melanda sejak Selasa (21/10). Di Grobogan, sekitar 2.263 rumah di 28 desa pada 14 kecamatan mengalami genangan air setinggi lutut hingga pinggang orang dewasa.
Tak hanya itu, 285 hektare lahan pertanian, terutama padi, juga terendam air. Di Kecamatan Gubug, tanggul kanan Kali Tuntang jebol sepanjang 10 meter, yang berimbas pada perjalanan kereta di jalur Jakarta-Surabaya.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, telah menginstruksikan agar dilakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengalihkan curah hujan yang tidak diinginkan dari wilayah-wilayah terdampak banjir. Ini menjadi langkah strategis untuk meminimalisir kerusakan lebih lanjut.
Sebuah pesawat Cessna Caravan digunakan dalam modifikasi cuaca ini dan siap mendarat di Bandara Ahmad Yani, Semarang. Melalui OMC, BNPB berharap hujan bisa dialihkan dari area yang sudah terendam, meskipun bukan berarti menghentikan hujan secara keseluruhan.
Penting untuk diingat bahwa modifikasi cuaca bukanlah solusi permanen untuk masalah banjir. BNPB juga menekankan perlunya perbaikan sistem drainase, penguatan tanggul, serta normalisasi sungai di area yang terdampak agar masalah serupa tidak terulang di masa depan.
