Proses pencarian korban darurat akibat runtuhan gedung Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, mengalami perkembangan yang signifikan. Hingga Minggu pagi, tim SAR gabungan berhasil menemukan 36 korban yang meninggal dunia, sementara 27 korban lainnya diperkirakan masih terjebak di bawah puing-puing bangunan.
Deputi Penanganan Darat BNPB, Mayor Jenderal TNI Budi Irawan, menyampaikan bahwa evakuasi dan pengangkatan reruntuhan telah mencapai sekitar 60 persen. Ia berharap agar semua puing dapat segera diratakan untuk mengetahui titik akhir dari pencarian korban yang masih hilang.
Budi menekankan bahwa pada malam sebelumnya, sebanyak 11 jenazah berhasil ditemukan, menjadikan total korban meninggal menjadi 36 orang. Saat ini, tim masih berusaha untuk menemukan 27 orang yang diperkirakan masih terjebak di dalam reruntuhan.
Proses Evakuasi Korban Sudah Menginjak Tahap Penting
Menurut keterangan dari Budi, harapan besar disampaikan agar pada hari berikutnya puing-puing dapat diratakan. Dengan cara ini, diharapkan pihak tim SAR bisa lebih efektif dalam menemukan korban-korban yang masih terkurung.
Direktur Operasi Basarnas, Laksamana Pertama Bramantyo, menjelaskan bahwa sebagian besar korban ditemukan di area sektor A3 dan A4, yang terletak di sisi kanan depan dan belakang runtuhan. Akses menuju titik ini telah dibuka sejak Sabtu siang, memungkinkan tim untuk mengevakuasi sejumlah korban.
Pencarian hingga dini hari menunjukkan bahwa tim berhasil menemukan 36 korban, meskipun versi Basarnas mencatat jumlah tersebut menjadi 37 dengan satu bagian tubuh yang terpisah. Operasi ini berlangsung nonstop, dengan tim bertugas bergantian setiap tiga jam untuk menjaga stamina dan kesehatan.
Jumlah Korban Terkonfirmasi dan Proses Pencarian yang Berlanjut
Per Minggu pagi, total 141 orang telah ditemukan, di mana 104 di antaranya dalam kondisi selamat. Namun, jumlah korban tewas berdasarkan laporan Basarnas mencapai 37, yang mencakup satu bagian tubuh. Ini menyisakan 26 orang yang belum ditemukan, dan pencarian terus dilakukan.
Ambruknya gedung yang terdiri dari tiga lantai, termasuk musala di asrama putra, terjadi pada Senin sore tanggal 29 September saat ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di dalam gedung yang masih dalam tahap pembangunan. Insiden tragis ini menjadi sorotan dan keprihatinan di seluruh negeri.
Dalam menghadapi situasi darurat ini, tim SAR menunjukkan dedikasi luar biasa. Mereka beroperasi sepanjang waktu dengan harapan dapat menyelamatkan sebanyak mungkin korban. Para anggota tim bekerja keras dan membutuhkan dukungan dari masyarakat agar tanggung jawab mereka bisa dilaksanakan dengan baik.
Dukungan dan Harapan dari Masyarakat
Masyarakat di sekitar lokasi turut memberikan dukungan moral kepada tim SAR yang bekerja tanpa henti. Doa dan harapan dari masyarakat menjadi sumber semangat bagi petugas yang terlibat dalam pencarian, mengingat beban emosional yang mereka hadapi saat melihat kondisi reruntuhan.
Komunikasi antara tim di lapangan dan pihak berwenang juga terus ditingkatkan untuk memastikan bahwa semua langkah evakuasi dilakukan dengan cepat dan tepat. Setiap informasi baru akan segera disebarkan untuk memberikan kepastian kepada keluarga yang menunggu kabar tentang anggota mereka yang hilang.
Tim SAR juga meminta agar masyarakat terus mendoakan agar pencarian ini membuahkan hasil yang positif. Keberhasilan setiap misi pencarian bukan hanya terletak pada keahlian teknis, tetapi juga pada dukungan emosional dan spiritual yang datang dari masyarakat.
