Evakuasi Ponpes Al Khoziny dalam Operasi Khusus Diperpanjang Hingga Selesai

Proses evakuasi serta pengangkatan material reruntuhan gedung Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, kini telah memasuki tahap penting untuk memastikan seluruh korban ditemukan. Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, menegaskan operasi ini berstatus khusus, hingga semua tahapan penanganan selesai dilakukan.

Operasi yang digelar ini berfokus pada efisiensi dan keamanan tim di lapangan. Dengan berbagai tantangan yang ada, penanganan ini dikategorikan sebagai bagian dari prosedur yang lebih luas dalam pencarian dan penyelamatan.

“Pada saat operasi yang kita laksanakan ini sudah menjadi operasi khusus, apalagi kementerian terlibat,” ungkap Syafii di Posko SAR Gabungan. Di sinilah berbagai elemen berkolaborasi untuk menyelesaikan misi yang krusial ini.

Proses Evakuasi dan Tantangan di Lapangan

Pencarian biasanya mengikuti prosedur standar yang menetapkan waktu tujuh hari awal, di mana periode ini dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Namun, untuk insiden ini, evakuasi akan dilanjutkan hingga semua korban berhasil ditemukan, tanpa batasan waktu tertentu.

Syafii menjelaskan pentingnya pengawasan ketat dalam setiap langkah operasi pengangkatan material. Tim ahli telah dilibatkan untuk memastikan bahwa seluruh proses berjalan dengan aman dan sesuai harapan, mengingat kondisi area yang menantang.

Kendala utama dalam operasi ini terletak pada struktur bangunan yang kompleks. Banyak material reruntuhan yang masih terhubung dengan bangunan di sekitarnya, sehingga mengharuskan tim untuk bertindak dengan sangat hati-hati.

Pemantauan dan Pengawasan Ketat pada Proses Pengangkatan

Kondisi fisik bangunan yang runtuh menjadikan proses pengangkatan sangat menantang. Dengan hanya dua unit alat berat yang dapat beroperasi secara bersamaan, tim harus mengatur proses secara hati-hati, agar semua berjalan dengan lancar.

Tim SAR juga dibekali dengan berbagai kemampuan dan kompetensi untuk menghadapi kondisi medan yang tidak bersahabat. Penanganan dijalankan secara langsung di lapangan, dengan setiap tindakan dipantau dengan ketat oleh para ahli.

Syafii menekankan bahwa kehati-hatian dalam setiap langkah pengangkatan material sangat penting. “Material reruntuhan ini masih ada yang terkoneksi atau existing terhadap bangunan di sebelah,” ujarnya, menandakan perlunya perhatian lebih dalam penanganan ini.

Data Korban dan Lanjutan Operasi Pencarian

Sementara itu, hingga Senin (6/10) sore, total korban yang berhasil ditemukan mencapai 170 orang. Di antara mereka, 104 dalam keadaan selamat, dan 66 dinyatakan meninggal. Namun, pencarian belum berakhir, dan sejumlah korban masih belum ditemukan.

Evakuasi dilaksanakan di lokasi dengan keterbatasan ruang, yang menghalangi pergerakan alat berat. Hal ini akibat dari keruntuhan bangunan yang mengakibatkan terbatasnya area untuk bekerja.

Pentingnya kolaborasi dengan tokoh teknis seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menjadi kunci dalam memastikan bahwa segala proses berjalan sesuai standar keamanan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan semua potensi kesalahan dapat diminimalisir.

Related posts