Khofifah Tentang Paralayang di Gunung Bromo: Pelanggar Akan Ditertibkan

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyampaikan keprihatinannya terhadap aktivitas paralayang di kawasan Gunung Bromo. Aktivitas tersebut diduga tidak memiliki izin resmi dan dianggap sebagai tindakan yang terlarang serta dapat merusak ekosistem dan budaya masyarakat setempat.

Dalam pernyataannya, Khofifah menegaskan bahwa Gunung Bromo bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga kawasan konservasi dan warisan budaya dengan nilai sakral yang hendaknya dilindungi. Ia mengajak semua pihak untuk menjaga kelestarian kawasan ini karena merupakan bagian dari cagar biosfer yang diakui oleh UNESCO.

“Kita harus menjaga Bromo bukan hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai bagian yang integral dari warisan budaya dan konservasi,” tegas Khofifah, mengingatkan betapa pentingnya untuk menjaga keseimbangan antara pariwisata dan pelestarian lingkungan.

Aktivitas Terlarang dan Dampaknya terhadap Lingkungan

Kegiatan paralayang di Gunung Bromo telah menimbulkan keprihatinan, khususnya terkait dampaknya terhadap lingkungan. Jika terus berlanjut tanpa pengawasan yang ketat, kegiatan ini berpotensi mengakibatkan kerusakan lahan serta gangguan pada flora dan fauna yang ada di kawasan tersebut.

Selain itu, masyarakat adat Tengger yang tinggal di sekitar Bromo juga merasa khawatir bahwa aktivitas yang tidak terencana ini dapat merusak nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah berlangsung lama. Oleh karena itu, penting untuk melakukan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggar.

Khofifah mengingatkan bahwa keselamatan dan kelestarian lingkungan harus diutamakan, dan semua kegiatan wisata yang berlangsung di kawasan ini harus mematuhi peraturan dan ketentuan yang ada. Tanpa kepatuhan ini, keindahan dan makna dari Gunung Bromo bisa hilang.

Pengawasan dan Penegakan Hukum oleh Semua Pihak

Dalam upaya mencegah aktivitas ilegal, Khofifah meminta semua pihak untuk meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum. Koordinasi antara pemerintah daerah, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, dan aparat keamanan diperlukan untuk memastikan bahwa semua aturan diikuti.

“Turis yang melanggar perlu ditindak tegas, baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara,” ucapnya. Semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, memiliki peran penting dalam menjaga kawasan ini.

Pentingnya kolaborasi ini tidak hanya untuk mencegah kerusakan, tetapi juga untuk memberikan edukasi kepada para pengunjung. Sisi edukatif ini dapat membantu wisatawan untuk lebih memahami dan menghargai lingkungan serta budaya lokal.

Edukasi Wisatawan tentang Pelestarian Budaya dan Alam

Khofifah juga menekankan perlunya meningkatkan program edukasi yang menyasar para pengunjung. Tujuannya adalah agar wisatawan memahami tanggung jawab mereka dalam menjaga dan melestarikan alam serta menghormati kultur masyarakat. Ini sangat penting untuk memastikan kelestarian Bromo untuk generasi mendatang.

Program edukasi dapat berupa informasi langsung, brosur yang menjelaskan tentang pentingnya menjaga kelestarian dan tradisi lokal atau pengawasan langsung dari petugas. Semua ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadaran di kalangan wisatawan.

“Dengan meningkatnya kesadaran, diharapkan para pengunjung akan lebih menghormati nilai-nilai lokal dan lingkungan sekitar,” ujar Khofifah. Melalui pendekatan ini, diharapkan Gunung Bromo bisa tetap menjadi tempat yang indah dan berharga bagi semua orang.

Related posts