Minta Guru Tunda Jadi Taster MBG Meski Diberi Uang Rp100 Ribu

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diusung di sekolah-sekolah menjadi fokus perhatian banyak pihak, khususnya dalam hal tugas dan tanggung jawab para guru. Keberadaan insentif bagi guru penanggung jawab program ini telah mengundang beragam reaksi, terutama mengenai bagaimana guru harus berperan dalam memastikan makanan yang disajikan aman. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang peran dan tanggung jawab guru yang seharusnya lebih berfokus pada pendidikan.

Ketua Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) Jawa Barat, Iwan Hermawan, menegaskan bahwa guru tidak seharusnya menjadi pencicip makanan, sebaliknya, mereka seharusnya fokus pada pengajaran dan pembelajaran. Pernyataan ini muncul sebagai respons terhadap rencana Badan Gizi Nasional (BGN) yang akan memberikan insentif kepada guru dalam program MBG.

Iwan mencemaskan risiko yang mungkin dihadapi guru jika mereka harus mencicipi makanan tersebut. Ia menyebut tindakan ini berpotensi merendahkan martabat guru, terutama jika dibalik insentif yang diberikan terdapat risiko kesehatan yang berbahaya.

Kepedulian Terhadap Kesehatan Guru dan Siswa dalam Program MBG

Risiko kesehatan menjadi hal yang sangat penting dalam setiap program yang melibatkan makanan. Iwan menjelaskan bahwa penting bagi dapur SPPG untuk memastikan keamanan makanan yang disajikan. Semestinya, guru tidak perlu terlibat langsung dalam proses mencicipi makanan tersebut, dan seharusnya setiap SPPG sudah memiliki prosedur untuk menjamin kualitas makanan.

Dengan meningkatnya laporan keracunan makanan, terutama pada program MBG, penting untuk memiliki sistem yang jelas tentang bagaimana makanan diolah dan dikontrol. Jika guru ditugaskan untuk menjadi pencicip, maka pertanyaan besar muncul mengenai siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas keamanan makanan tersebut.

Satu peristiwa di Cianjur menjadi perhatian ketika seorang guru mengalami keracunan setelah mencicipi makanan MBG. Kasus ini menunjukkan bahwa tindakan mencicipi makanan tidak hanya berisiko bagi kesehatan guru, tetapi juga menggambarkan adanya masalah sistemik di dalam program ini.

Insentif vs. Tanggung Jawab Guru dalam Konteks Pendidikan

Dalam pandangannya, insentif sebesar Rp100 ribu per hari bagi guru penanggung jawab MBG memang dapat menjadi bentuk apresiasi. Namun, Iwan menegaskan bahwa hal ini seharusnya tidak mengalihkan fokus guru dari tanggung jawab utamanya, yaitu mengajar. Program MBG seharusnya dilihat sebagai tambahan, bukan pengalih perhatian dari tugas pokok mereka.

Bagi para guru, beban administratif yang bertambah dari program MBG bisa menjadi tantangan tersendiri. Tanpa pengaturan yang jelas, mereka mungkin akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk program ini ketimbang memfokuskan diri pada pengajaran. Iwan menyampaikan pentingnya jaminan bahwa pendidik tidak tereksploitasi oleh tugas yang tidak seharusnya menjadi tanggung jawab mereka.

Pendidikan adalah fondasi bagi kemajuan bangsa. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa para guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa adanya beban tambahan yang mengganggu proses belajar mengajar di kelas.

Pandangan Anggota Dewan soal Peran Guru dalam Program MBG

Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat, Zainul Shofari, menyampaikan pandangannya bahwa guru tidak selayaknya terlibat dalam pengawasan kualitas makanan MBG. Menurutnya, pengawasan ini adalah tanggung jawab ahli gizi dan bukan tugas dari seorang pendidik. Zainul menuturkan bahwa insentif yang diberikan kepada guru seharusnya tidak mengubah peran mereka menjadi tukang mencicipi makanan.

Ia juga menjelaskan bahwa setiap program yang melibatkan makanan harus sudah melalui proses pemeriksaan dari ahli terkait. Jika para guru terus-terusan dilibatkan dalam urusan yang di luar kapasitas mereka, maka ini dapat menciptakan stigma negatif terhadap profesi mengajar.

Zainul menekankan bahwa guru memiliki peran penting dalam pendidikan, dan program-program yang diinisiasi harus bersifat mendukung, bukan membebani. Dengan demikian, penyelenggaraan MBG harus dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang memiliki keahlian di bidangnya.

Keberlanjutan Program Makan Bergizi Gratis di Sekolah

Sekolah sebagai tempat pendidikan seharusnya menjadikan kesehatan siswa sebagai prioritas utama. Namun, tanpa adanya dukungan dan penjelasan yang jelas tentang pengawasan dan pelaksanaan program MBG, tantangan ini akan terus ada. Pengawasan yang baik harus memastikan bahwa makanan yang disajikan tidak hanya bergizi tetapi juga aman untuk dikonsumsi.

Guru seharusnya difasilitasi untuk dapat melakukan tugasnya dengan baik tanpa merasa tertekan oleh berbagai tanggung jawab tambahan. Yang diperlukan adalah sistem yang mengedepankan keamanan makanan paling utama, dengan ahli gizi berperan dalam pengawasan.

Dalam meningkatkan kualitas makanan yang disajikan di sekolah, kolaborasi antara sekolah dan instansi terkait sangat penting. Ini akan memberikan jaminan bahwa setiap siswa mendapatkan makanan yang layak dan sehat tanpa harus membebani pendidik yang terkadang juga mengalami tekanan dalam dunia pendidikan.

Related posts